Minggu, 06 Mei 2012

Hasil Narasumber (Narasumber) Analisis Proses Masuknya Kebudayaan Hindu-Budha di Nusantara

0 komentar
Narasumber: Rakai Hino Galeswangi
(Mahasiswa FIS UM Pend. Sejarah Angkatan 2008)
PeNarasumber: M. Nur Fahrul Lukmanul Khakim

PeNarasumber    : Bagaimana proses masuknya agama Hindu-Budha di Indonesia?
Mas Rakai    : Jadi untuk adik-adik sekalian. Jika kita ingin mempelajari tentang proses masuknya Hindu-Budha di Indonesia memang ada beberapa tahap dan ada beberapa kajian. Yang pertama mungkin adanya kajian teori tentang masuknya Hindu-Budha di Indonesia. Kalau kita ketahui dari kurikulum yang ada di SMP dan SMA saat ini yang mungkin adik-adik dahulu juga pernah mengenyamnya, diketahui teori tersebut ada empat secara umum, yang pertama Teori Brahmana, Teori Ksatria, Teori Vaisya, Teori Sudra. Ada empat teori tentang masuknya Agama Hindu dulu kalau kita ngomong masalah empat teori kasta tersebut. Kita ngomong Budha dahulu, karena berdasarkan penemuan arkeologi berupa arca Budha yang bergaya Amarawati. Terlihat bahwa masuknya Agama Hindu dan Budha itu lebih dahulu masuknya Agama Budha. Karena adanya temuan arca yang bergaya Amarawati tersebut, jadi Agama Budha itu masuk pada abad II Masehi. Karena trend-trend gaya Amarawati itu ya gaya pada abad II Masehi. Baru setelah itu masuknya ajaran Hinduism atau lebih dikenal dengan ajaran Agama Hindu di Nusantara, dibuktikan dengan adanya Prasasti Yupa yang ditemukan di Kalimantan, kerajaannya kita ketahui bernama Kutai.

PeNarasumber    : Jadi kalau kita ngomong secara umum, Budha masuknya dibawa oleh siapa?
Mas Rakai     : Jelas bahwa Budha adalah agama misionaris maka Budha masuknya dibawa oleh seorang biksu masuknya ke Indonesia.

PeNarasumber    :Tapi kalau Hindu, lha ini kita banyak pertanyaan disana. Ada empat teori, yaitu teori Ksatria, Brahmana, Vaisya, dan Sudra. Apakah empat-empatnya benar?
Mas Rakai     : Lha itu ada kajian lebih lanjut. Kalau di kurikulum SMA dan SMP, teorinya apa Pak/Bu?? Ya cukup ada empat itu saja yang paling bener. Tapi kalau sudah masuk dalam jenjang yang lebih tinggi atau perguruan tinggi, dari empat teori ini harus kita kaji lebih rijit lagi. Misalkan dari peneliti-peneliti Belanda dulu banyak yang berdebat masalah teori masuknya Hindu-Budha diantaranya yaitu Mouker J. , J.L Mount, F.D.K Bosch, dan lain sebagainya. Yang ngomong teori Ksatria yang paling tepat. Kenapa kok teori ksatria, karena masuknya Hindu itu dilihat dari adanya Susastra yang kita kenal dengan Susastra Aji Saka atau ada cerita Aji Saka, yang digambarkan dengan adanya Raja yang bernama Aji Saka yang dipercaya oleh orang Jawa sebagai raja yang berasal dari Jambudwipa atau sebuah pulau yang mirip seperti Jambu, yaitu India, atau Asia Selatan itu raja yang datang dari sana kesini, terus menyebarkan Agama Hindu. Trus adanya pembantaian yang dilakukan oleh Raja Asoka. Sehingga orang-orang Hindu yang ada di India lari semua, sehingga mengatakan teori ksatria yang paling bener. Ada juga yang mengatakan bahwa teori ksatria salah, dan yang benar adalah teori Vaisya karena dibuktikan dengan kampung Keling. Tahu Kampung Keling? Kampung Keling adalah kampung perkumpulan orang-orang India di Indonesia. Nah.....di tepian pantai itu ada Kampung Keling yaitu kampung orang-orang pedagang semua di sana, dan itu katanya yang paling bener.....Ksatria-Vaisya yang bener yang mana??? Kalau untuk Kasta Sudra, itu saya rasa adalah teori-teori yang asal dicetuskan saja dan tidak terbukti kalau saya rasa. Baru F.D.K Bosch mencetuskan dua-duanya salah, kenapa kok bisa salah?? Yang paling bener adalah teori Brahmana. Kenapa kok bisa Brahmana, karena kasta Ksatria, kasta Vaisya, terlebih kasta Sudra tidak diperkenankan menggunakan Bahasa Sansekerta. Namun di lapangan yang kita temukan, Prasasti Yupa hurufnya Pallawa dan bahasanya Sansekerta. Sedangkan bahasa Sansekerta hanya bisa dipakai oleh kaum Brahmana saja. Jadi dua teori gugur antara Teori Vaisya dan Teori Ksatria. Karena Vaisya dan Ksatria tidak bisa berbahasa Sansekerta. Yang bisa Bahasa Sansekerta hanyalah Brahmana saja. Sedangkan Yupa di Indonesia terbukti bahasanya Sansekerta. Jelas dalam hal ini Hindu yang bawa adalah Brahmana, kata F.D.K Bosch.

PeNarasumber    : Selain Sansekerta, penduduk India menggunakan bahasa apa? 
Mas Rakai     : Owh..., banyak sekali, yaitu bahasa Punjab, bahasa urdu, bahasa Pali, dan lain sebagainya serta banyak sekali.

PeNarasumber    :Ternyata teori tersebut juga disalahkan, oleh siapa?
Mas Rakai     : Oleh Profesor yang berasal dari negara kita, bukan profesor mungkin ya, tapi doktor mungkin ya. Namanya Bu Setyawati Sulaiman. Kalau dalam kitab weda itu Brahmana dilarang untuk menyebrangi aliran cairan yang mengalir. Lha....itu disertasinya Bu Setyowati Sulaiman. Kalau dalam Kitab Agastya Purana, tapi ya kitab Purana itu banyak, ada Brahma Purana, Visnu Purana, Ganesha Purana, ada Agastya Purana. Dalam Ganesha Purana itu ada aturan yang berisi bahwa Brahmana itu dilarang menyebrangi aliran yang mengalir, sungai misalkan, sanau, apalagi laut. Kalau kita lihat, di Ilmu Prasejarah kita tahu ada kala Pleistosen-Holosen, dan sebagainya. Kita sekarang ada di masa apa? Kita ada pada masa Holosen, jadi benua kita sudah pisah. Jadi Jawa, Sumatra, dan Malaysia sudah pisah seperti sekarang ini. Sumatra dan Malaysia malah dipisahkan oleh Selat Malaka. Jadi Hindu yang masuk ke Indonesia gmana? Padahal dalam Agastya Purana, dikatakan Brahmana tidak boleh menyebrangi aliranyang mengalir, seperti sungai, danau, apalagi laut. Jadi Hindu yang di Indonesia ini adalah Hindu sah atau tidak sah kalau begitu? Kalau kita ngomong tidak sah, jelas orang Hindu yang ada di Bali, di Malang, dan lain sebagainya jelas marah semua kan? Lha makanya dari itu untuk menyelesaikan hal itu maka Bu Setyowati mengatakan bahwa di Asia Selatan terdapat sekte baru yang mungkin sering saya sampaikan kepada adik-adik didik saya dahulu, Sektenya namanya Sekte Siwa Siddhanta atau aliran Siwa Siddhanta. Yaitu aliran yang mungkin sedikit longgar, atau istilahnya tidak terlalu taat kepada pepakem tapi lebih plural, lebih liberal lagi dan bebas lagi. Perlu diketahui, di Asia Selatan pusat dari Agama Hindu adalah untuk orang Hindu dan Agama Hindu bukan Agama Misi. Kalau Agama Islam, Kristen, Katholik, Budha jelas itu semua adalah agama misi. Semuanya punya Rosul. Kalau di Islam adalah Nabi Muhammad, kalau di Kristen ada Yesus, kalau di Katholik ada Nabi Isa, kalau di Budha ada Sidharta Gautama, dan kalau di Hindu apa? Kalau di Hindu mereka gak kenal Rosulnya, itu untuk sekte-sekte yang lainnya. Tetapi untuk Sekte Siwa-Sidhanta punya, siapa Rosulnya?? Ya Agastya itu. Jadi kalau teman-teman pernah lihat gambar Agastya menghirup atau menghisap, lebih tepatnya meminum air laut, silahkah ketik di Google buanyak sekali, terus keluar gambar Agastya yang meminun air, ya itu filosofinya. Sehingga, Brahmana yang dilambangkan oleh Agastya yang merupakan murid kesayangan dari Siwa itu dari Asia Selatan atau Jambudwipa/India itu datang ke Indonesia tidak menyebrangi laut, dan tidak menyebrangi sungai. Lha terus, jalan kaki. Kenapa? Karena air laut diseluruh bumi ini diminum semua oleh Agastya sehingga para Brahmana itu jalan kaki ke Indonesia. Sedangkan bagaimana Hindu di Indonesia? Ya tetap sah, karena tidak menyebrangi laut. Itulah filosofinya. Dan kalau ini kan sudah masuk dalam kepercayaan. Dan kita Orang Islam bilang pasti owh itu kayal....ya gak bisa. Kita Orang Islam, apakah Al-Qur’an ditulis oleh Nabi Muhammad karena bisikan Malaikat Jibril? Orang lain ngira itu juga kayal? Kok bisa Nabi Muhammad ngomong sama Jibril?? Tapi kita kan percaya, tapi itu tergantung dalam konteks kepercayaan saja. Dan kepercayaannya Hindu seperti itu. Dan Hindu yang ada di Indonesia itu legal, bukan illegal. Karena mereka punya filsafat seperti itu. Dan itu yang membawa adalah aliran, atau lebih tepatnya adalah Aliran Sekte Siwa Siddhanta. Kalau untuk tataran yang ada di kampus, kita ngomongnya harus tepat seperti itu. Jadi siapa pembawa Hindu ke Indonesia? Ya jelas para Brahmana aliran Sekte Siwa-Sidhanta. Tapi kalau kita ngomong di SMA dan SMP mereka masih belum bisa nyerna atau mikir seberat itu ya kita pakai empat teori tadi. Dan secara umum saja kita membahasnya. Dan seperti itu untuk masuknya Hindu ke Indonesia.

PeNarasumber    : Bagaimana Agama agama di Kutai Kartanagara sebelum masuknya Hindu? Karena tadi belum sempat dibahas?
Mas Rakai         : Iya, baik. Untuk bukan hanya di Kutai Kertanagara, dan tidak hanya di Nusantara. Tapi di seluruh dunia sebelum mengenal kepercayaan, jelas dia telah mengenal atau memakai animis-dinamis. Yaitu lebih tepatnya dipelajari dalam pelajaran prasejarah ya. Tepatnya masuk masa paleomethalik. Setelah neolithikum, masuk kebudayaan megallithik, baru kebudayaan paleomethalik. Pada masa itu manusia sudah mengenal kepercayaan animisme-dinamisme yaitu menyembah roh nenek moyang dan benda-benda sakral dan lain sebagainya. Di Kutai sendiri jelas, sampai sekarang kita kenal dan temukan Suku Dayak dan beberapa suku yang lainnya itu juga masih menggunakan mitos atau masih mempercayai animis-dinamis. Jelas, sebelum Agama Hindu masuk ke Indonesia dan bukti tertua kita temukan di Kalimantan tepatnya di Kutai Kartanagara. Dahulunya mereka itu adalah orang Animis-Dinamis semua yaitu orang yang memiliki pepercayaan terhadap roh nenek moyang. Orang-orang seperti itu terbentuk dalam suatu kelompok yang kita kenal dengan suku. Ada teori yang mengatakan bahwa masuknya Agama Hindu ke Indonesia itu yang didoktrin adalah kepala sukunya. Jadi secara otomatis rakyatnya juga akan ikut. Jadi jelas bahwa sebelum adanya kebudayaan Hindu-Budha, wilayah Nusantara masih menerapkan kebudayaan Animis-Dinamis.

PeNarasumber    : Kesimpulan dari pemaparan data diatas adalah Teori Brahmana adalah yang paling kuat diantara teori-teori yang lainnya. Bagaimana Kesimpulan dari Mas Rakai Hino?
Mas Rakai     : Kesimpulannya, untuk masuknya Hindu-Budha di Indonesia yang sudah saya paparkan tadi, kita sebagai orang yang ingin memahami sejarah atau ingin mendalami sejarah secara detail, maka kita harus ngomong sesuai fakta. Banyak teori dan banyak asumsi, kita harus menjawab bahwa teori atau asumsi mana yang mendekati paling benar atau mendekati paling konkret. Nah...seperti yang sudah saya katakan tadi, bahwa Agama Hindu ke Indonesia telah dibawa oleh Brahmana Sekte Siwa-Sidhanta. Jangan Brahmana saja, karena banyak sekali alirannya. Kalau di Islam ada NU, LDII, Muhammadiah, dan lain sebagainya. Di Hindu juga punya sekte, yaitu sekte Vaisnawa, sekte Siwa, sekte Brahma, dan masih banyak lagi. Yang membawa ke Indonesia, sekali lagi saya paparkan, adalah Hindu dibawa oleh Brahmana Sekte Siwa-Sidhanta. Bukan Brahmana gtu aja. Karena kalau Brahmana masih banyak nanti asumsinya. Jadi lebih dirigitkan lagi, yaitu Brahmana Sekte Siwa Siddhanta. Itu kalau Hindu. Sedangkan kalau Budha jelas penyebarannya oleh Biksu.

0 komentar:

Posting Komentar